Search This Blog

Thursday, July 28, 2011

tukang sampah

Setiap hari tukang sampah di perumahan tempat
keluargaku tinggal lewat, dan membawa sampah-sampah
yang telah kami bungkus plastik. Bila seminggu saja ia
tidak datang dengan gerobaknya, kami sering dibuat
kelabakan.

Pernah suatu ketika ia sakit berhari-hari. Maka setiap
kali kami harus terpaksa membakar sampah-sampah kami
ditempat sampah di depan rumah kami. Bila tidak
dibakar, maka bau yang menyengat akan cepat
merajalela, tidak hanya di sekitar rumah kami, tetapi
juga sampai ke ujung jalan.

Kami tidak bisa bayangkan, bila tidak ada satu pun
orang yang mau menjadi tukang sampah bagi kami. Yang
rajin membersihkan sampah-sampah bagi kami. Yang rela
menghindarkan kami dari berbagai macam penyakit karena
sampah kami.

Ternyata yang butuh tukang sampah tidak hanya rumah,
tapi juga hati kami. Bila tidak ada "tukang sampah"
yang bersedia memperhatikan kami, apakah jadinya rumah
yang di dalam batin kami? Tidakkah berbagai "penyakit"
akan semakin berkembang dan menumpuk menyesakkan jiwa?

Sekaya-kayanya orang hidup di dunia, kita masih perlu
juga untuk menjadi "pemulung sampah" bagi sesama,
terutama bagi mereka yang kita cintai. Mencintai orang
lain itu berarti siap menjadi tukang sampah, dan
bahkan ada kalanya harus malahan menjadi tempat sampah
itu sendiri. Bila tidak mau demikian, berarti cinta
yang Anda katakan tidak pernah menjadi kenyataan.

No comments:

Post a Comment

Powered By Blogger