"Terkuncup bahagia untuk seorang teman yang telah
mengajarkan saya arti sebuah kebahagiaan. Terima kasih
Tuhan telah mempertemukan saya dengannya."
Kebahagiaan Ada di Hati
Dulu sewaktu saya masih kecil, saya senang sekali
mendengarkan cerita ataupun dongeng-dongeng yang
diceritakan oleh guru maupun orang-orang yang lebih tua
dari saya. Salah satunya yang saya ingat adalah, cerita
tentang seseorang yang mencari kemana-mana sebuah
kebahagiaan.
Dalam salah satu cerita tersebut dikisahkan, ada seorang
sufi yang sedang mencari siapa orang yang paling berbahagia
didunia ini. Suatu waktu, sang sufi bertemu dengan
seseorang yang ia jumpai di pasar. Dari penampilan &
pakaiannya yang terlihat rapi & mentereng, sang sufi
menduga tentunya ia termasuk orang yang berbahagia. Lalu
sang sufi pun bertanya pada orang tersebut apakah dia
berbahagia. Dan orang tersebut pun menjawab, bagaimana dia
dapat berbahagia kalau setiap hari dia masih pusing
memikirkan harus makan apa hari itu dan dengan uang yang
dia miliki apa yng dapat ia beli untuk memenuhi
kebutuhannya hari itu. Lalu sang sufi pun bertanya kembali
padanya, Siapakah yang dianggap berbahagia oleh orang
tersebut, dan orang tersebut menjawab, "Tentulah si
pedagang karena ia tidak perlu memikirkan harus makan apa
hari itu, toch dia sudah berdagang & memiliki apa yang
dibutuhkan oleh orang tesebut setiap harinya. Selain itu
setiap hari si pedagang juga memiliki pembeli yang cukup
banyak yang tentunya banyak juga keuntungan yang dia
peroleh."
Kemudian sang sufi pun berjalan mendekati si pedagang &
menanyakan hal yang sama padanya. Sang pedagang menjawab,
bagaimana dia bisa berbahagia kalau setiap hari yang
difikirkannya hanya bagaimana caranya memajukan usahanya,
bagaimana mencari modal yang lebih besar, bagaimana caranya
membayar sewa toko atau bagaimana caranya melunasi
hutang-hutangnya pada sang pengusaha yang telah meminjamkan
modal padanya. Lalu sang sufi pun bertanya pada si
pedagang, siapakah yang dianggap berbahagia oleh si
pedagang, dan si pedagang pun menjawab "Tentulah sang
pengusaha karena ia memiliki harta yang berlimpah, ia
memiliki modal yang besar & bisa meminjamkan uang kepada
orang lain. Dia tidak perlu memikirkan bagaimana mencari
modal, bagaimana membayar sewa toko atau bagaimana melunasi
hutang-hutangnya karena harta yang dimilikinya memang
sangat banyak."
Sang Sufi pun kemudian keesokan harinya menemui sang
pengusaha dan kembali menanyakan hal yang sama seperti yang
dilakukannya pada orang dipasar yang dia temuai dan si
pedagang yaitu apakah dia berbahagia dengan hidupnya. Lalu
sang pengusaha pun menjawab, bagaiman mungkin dia dapat
bahagia kalau setiap hari hidupnya hanya dihabiskan untuk
mengurusi perdagangan. Urusan yang harus ditanganinya
sangat banyak, dari mulai urusan mengurus semua usahanya,
memperluas jaringan bisnisnya, sampai keurusan bagaimana ia
harus menyenangkan pejabat setempat agar usahanya dapat
terus berjalan. Setiap hari dia selalu sibuk dan sibuk
hingga kadang justru lupa mengurus dirinya sendiri &
keluarganya. Lalu sang sufi pun bertanya kemabali pada si
pengusaha tersebut, siapakah orang yang menurutnya bahagia.
Sang pengusaha pun menjawab, "Tentunya pastilah bapak
mentri karena dia terlihat hanya menangani sebuah urusan
tapi hartanya berlimpah. Hidupnya penuh dengan kesenangan,
tidak perlu memikirkan perniagaan, mempunyai anak buah yang
banyak dan semua pengusaha hormat padanya serta senantiasa
berusaha menyenangkan dan membuatnya bahagia. Pendek kata,
hidupnya penuh dengan kesenangan."
Begitulah seterusnya, Bapak mentri pun menunjuk pimpinannya
lebih bahagia dari dirinya dan pimpinannya menunjuk orang
lain yang menurutnya juga lebih berbahagia seakan-akan
tidak ada habisnya. Semuanya menunjuk orang lain lebih
bahagia dari dirinya. Dan semuanya kebanyakan hanyalah
diukur dengan sebuah kesuksesan semata & kelimpahan harta
bukan dengan sebuah ketenangan dan kedamaian jiwa.
Benar sekali, terkadang ketika kita menghadapi hanya sebuah
ujian kecil sekali pun lantas kitapun dapat langsung merasa
bahwa kitalah orang yang baling tidak berbahagia didunia
ini. Kita mulai menganggap bahwa orang lain lebih
berbahagia & lebih beruntung dibandingkan diri kita. Kita
lupa bahwa sebenarnya letak kebahagiaan itu justru terdapat
didalam diri kita. Didalam hati dan fikiran kita.
Seringkali kita mencari sebuah kebahagiaan ataupun `obat'
kesedihan diluar diri kita tanpa kita sadari bahwa dalam
diri kita ini, dalam hati kita, terkandung sebuah keagungan
dari Sang Pencipta yang dapat membuat diri kita bahagia.
Sebuah hati yang bersih dan hati yang sentiasa bersyukur
atas karunia yang diberikan Tuhan padanya. Seperti
perkataan Mahatma Gandhi, "Yang bisa menyakiti dan membuat
diri kita tidak bahagia adalah diri kita sendiri, hanyalah
hati kita sendiri".
Jadi, semuanya ada didalam diri, didalam hati kita. Begitu
pula kebahagiaan yang hanya ada dihati, yang hanya bisa
dibagi pada hati yang terbuka & hati yang senantiasa
bersyukur, pada orang-orang yang mau membuka hatinya akan
kebesaran Tuhan. Ingatlah selalu karunia dan keberkahan
yang dikaruniakan pada kita setiap hari. Janganlah mengukur
kebahagiaan hanya dengan kelimpahan materi ataupun
kesuksesan semata tapi pertimbangkanlah juga sebuah
ketenangan & kedamaian jiwa. Berbahagialah & tersenyumlah
untuk semua yang kita miliki tersebut.
Selamat berbahagia dengan semua yang kita miliki.
Salam Kebahagiaan.

No comments:
Post a Comment